- Back to Home »
- Musik dll »
- GROUP BAND SARASVATI Menyanyikan Cerita Arwah
TEMPO.CO, Jakarta - Musik pembuka laguBilur, yang akan dibawakan grup musik Sarasvati, baru berdenting dari keyboard. Tiba-tiba, beberapa penonton di barisan depan pada acara pentas seni SMP Negeri 2 Bandung itu mundur ke belakang. Di atas panggung, muncul sesosok hantu kasat mata. Badannya terbungkus jubah berwarna putih. Wajah sosok berambut panjang itu juga ditutup topeng putih. Ia mendekat ke vokalis Sarasvati, Risa Saraswati, tanpa bersuara.
Suasana horor tak berhenti sampai di situ. Risa Saraswati kemudian menunjukkan "teman-teman" lainnya yang berada di antara penonton. "Di situ Hans. Di belakang sana perempuan dari sekolah sebelah. Peter di mana, ya? Oh, itu di atas ring basket. Ayo beri lambaian ke Peter," katanya dari atas panggung. Setelah itu, Sarasvati memainkan lagu Story of Peter.
Sosok hantu yang disebut juriig itu biasa muncul di setiap konser Sarasvati. Bermula, pada Juli lalu, saat konser bertajuk "Mancawarna Sarasvati" digelar. Terkadang ia menyusup, lalu duduk di antara penonton dalam kegelapan. "Awalnya, hantu itu spontanitas dari fans, terus kita ajak karena seru," kata Syauqi Lukman, manajer Sarasvati.
Risa, penyanyi indie kelahiran Bandung berusia 26 tahun itu sejatinya punya kemampuan melihat makhluk halus sejak berusia 11 tahun. "Saat itu berteman biasa saja seperti ke orang lain," katanya. Orang tuanya khawatir karena anak sulung dari dua bersaudara itu sering terlihat bercakap-cakap sendiri. Mereka beberapa kali menganjurkan Risa berobat ke psikiater, tapi Risa menolaknya. "Karena makin terjebak dan kecanduan hidup di alam yang tidak realistis itu," ujarnya.
Dulu, ia sempat berusaha agar kemampuan yang dimiliki juga oleh keluarga besarnya itu dihilangkan. Namun yang dilihat di dunia gaib malah makin banyak dan menyeramkan. "Sekarang saya sudah bisa kontrol dan melupakan, tapi sewaktu-waktu saya butuh untuk berkomunikasi dengan sahabat saya itu," katanya.
Di rumah, perempuan berkulit langsat itu bisa berbincang dengan beberapa hantu. Sebagian kisah hidup dan kematian mereka dituangkan menjadi lirik lagu. Dalam karya perdana mini album Story of Peter, yang diluncurkannya pada 2010, dua dari tujuh lagu dipersembahkan untuk Peter dan kawan-kawan serta Mae, seorang pesinden. "Saya hanya bikin lagu untuk sahabat dan teman saya," katanya.
Peter, kata Risa, adalah hantu berwujud anak kecil asal Belanda. Begitu pula keempat temannya. Di alam sana, sosok Peter, yang digambarkan periang dan jail, terkadang bisa sedih dan marah ketika ingat akan ibunya. Musik dan lirik lagu Story of Peter yang agak suram dengan bahasa Inggris itu meracik semua perasaan roh tersebut yang terus mencari keberadaan ibunya.
Sedangkan lagu Bilur mengungkapkan kisah pedih Mae. Risa mengolah lirik berbahasa Indonesia dan Sunda pada ujung lagu itu dengan bahasa puitis. Nadanya lirih dengan tiupan suling dan tepukan gendang. Penjualan album kecilnya itu kini sudah sekitar 5.000 kopi. Tahun depan, rencananya Sarasvati akan meluncurkan album baru juga buku karya Risa.
Risa suka menyanyi sejak kecil hingga sempat juara lomba. Bandpertamanya, Cookie Monster, dibentuk ketika masih duduk di kelas II SMP. Setelah lulus SMA, ia ikut membentuk Homogenic pada 2002. Namun vokalis band elektro pop itu akhirnya memilih hengkang pada 2010. Sejak itu ia membentuk Sarasvati.
Nama itu berasal dari namanya sendiri dalam bahasa Sanskerta. Sarasvati merujuk pada sosok Risa dengan kelompok barunya, di antaranya Egi Anggara; gitaris band, Cherry Bombshell; dan Dimas Ario, basis dari bandBallads of The Cliché. “Setelah keluar dari Homogenic, saya jadi lebih bebas menulis lagu, menyanyikannya, dan membentuk karakter vokal sendiri,” ujarnya.
Genre musik Sarasvati memang berbeda dengan band lain. Sebagian orang dan penggemarnya menyebut lagu-lagunya agak gelap, suram, bergenre gotik, angelic, atau diabolical. “Saya sendiri susah menjelaskan jenis aliran musik saya,” ujarnya.
Di luar kesibukannya sebagai artis, Risa sejak awal 2011 bekerja sebagai pegawai negeri di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Ia mengaku senang bekerja sebagai anggota staf di Dinas Bina Marga. "Jadi PNS itu ternyata enak, banyak kerjaan," ujarnya. Karena itu, ia meminta kepada manajernya untuk mengatur jadwal pentas hanya pada akhir pekan, dari Jumat hingga Ahad.
Pada hari kerja, tawaran menyanyi baru bisa dilaksanakan pada malam hari. "Sering juga, jadi harus tek-tok Bandung-Karawang semalaman," katanya. Dalam sebulan, ia bisa mengisi acara di 2-5 lokasi, seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta. Selain para kru dan pemain band-nya, "teman-teman" Risa setia mendampinginya bernyanyi.
PROFILE PERSONIL BAND
Jadi jika di akhir pekan ia dapat ditonton dan dielukan di panggung oleh orang banyak, di hari Senin hingga Jumat, Risa dapat dijumpai dengan seragam coklatnya, tengah makan rujak bersama para ibu-ibu pegawai negeri sipil lainnya